Semakin membaiknya infrastruktur internet
yang terus disiapkan pemerintah, tentu sangat mempengaruhi pola masyarakat
dalam menggunakan internet. Salah satunya adalah perilaku masyarakat terutama
di kelompok menengah ke atas yang mulai menggandrungi berbelanja secara online.
Dari sekian banyak situs jual-beli online
yang menyesaki pasar Indonesia, Andri Riswandi, Head of Consultant Indepth Research
Consulting mencatat hanya beberapa yang terbilang terbaik.
Setidaknya, jika hal tersebut didasarkan
pada hasil peringkat situs Alexa teranyar pada 16 Oktober 2015, sebuah situs
yang menyajikan peringkat dari sebuah website atau blog.
Andri menyebut lima situs e-commerce
terbaik di Indonesia yang paling sering dikunjungi konsumen, yaitu
Bukalapak.com, Lazada, Tokopedia.com, OLX dan Elevenia. Di sisi lain, kelima
situs ini juga merepresentasikan model e-commerce yang berkembang di Indonesia.
“Yang fenomenal tentu saja Bukalapak dan Tokopedia dimana keduanya
bisa dibandingkan secara head to head karena memiliki model bisnis yang serupa,
yakni sama-sama marketplace yang mengusung konsep C2C. Secara peringkat situs
e-commerce di Indonesia juga tak terpaut jauh. Bukalapak ada di posisi 13 dan
Tokopedia di 15,” ujarnya.
Hadirnya Bukalapak dan Tokopedia yang
fenomenal ini juga membangkitkan rasa kebanggaan terhadap e-commerce asli
Indonesia, yang dinilai akan mampu bersaing dengan situs-situs jual beli online
global, seperti Alibaba, ebay maupun Amazon.
“Baik Bukalapak maupun Tokopedia, terbukti mampu merebut hati para
konsumen Indonesia di tengah gempuran situs jual beli online global. Kekuatan
mereka terletak pada kemampuan memahami dan mengerti karakter dan sifat
konsumen Indonesia, baik yang menjual maupun yang membeli,” ujarnya.
Meski demikian, Andri menaruh perhatian
lebih kepada Bukalapak karena visinya yang lebih membumi dan menyasar para UKM,
mengajak semua orang untuk memulai berbisnis secara mandiri atau menjadi
enterpreneuer.
Tak heran jika situs ini sebagai situs
e-commerce yang paling sering dikunjungi konsumen dan merupakan salah satu
situs online marketplace terbesar di Indonesia. Pertumbuhan situs ini sebagai
e-commerce terbilang sangat pesat.
Pernyataan Andri tak berlebihan mengingat
website Bukalapak.com yang diluncurkan pada awal Januari 2010, langsung
mendapat respons masyarakat yang luar biasa. Bukalapak.com memang berfokus
memfasilitasi UKM untuk bisa membuka toko online dengan sistem pembayaran dan
transaksi yang aman, baik bagi penjual maupun pembeli.
Menurut catatan yang ada, saat ini
Bukalapak.com telah berhasil mengumpulkan lebih dari 500 ribu penjual (seller)
dengan jumlah pengunjung mencapai 2 juta orang setiap hari dan menjadi situs
jual beli no 1 di Indonesia dari segi traffic berdasarkan situs Alexa.
Sementara data yang dirilis biro riset
Frost & Sullivan pada tahun 2013, Indonesia bersama China, menjadi negara
dengan pertumbuhan pasar e-commerce terbesar di dunia dengan rata-rata
pertumbuhan 17 persen setiap tahun.
Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center,
menuturkan bahwa dengan semakin meningkatnya potensi ekosistem jual-beli online
yang kian diminati konsumen, tentu tak heran jika kegiatan berbelanja online
kini telah menjadi gaya hidup yang digandrungi oleh banyak orang.
“Tren ini akan terus berlanjut dan masif, setidaknya karena tiga
alasan, mulai dari penetrasi internet yang semakin tinggi di Indonesia dimana
lebih dari 80 juta penduduk sudah terhubung internet. Kemudian gaya hidup
konsumen Indonesia yang sangat konsumtif, mendorong konsumen Indonesia terus
belanja. Lalu agresifitas pemain situs belanja online yang menawarkan diskon
dan kemudahan belanja juga akan semakin memperbesar pasar belanja online,” tuturnya.
Dia menegaskan, kondisi ini pula yang
memicu munculnya berbagai toko online baru yang membuat semakin kompetitif
industri pasar online di Indonesia. “Kepercayaan menjadi kata kunci. Berbeda dengan belanja konvensional,
unsur trust itu menjadi sangat penting di belanja online, karena konsumen rela
bayar dulu baru barang diantar,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Andri, bahwa
hanya situs e-commerce yang mampu beradaptasi dengan keinginan customer yang
akan mampu bertahan dan akan semakin dikunjungi pelanggan.
Karena itu, kata Andri, pemain situs
belanja online tetap perlu mengedepankan indikator-indikator marketing
konvensional, seperti brand equity, brand image, customer satisfaction and
loyalty, dan lainnya.
Meski demikian, kata Hasan, yang perlu diperkuat
adalah terkait infrastruktur (IT dan Logistik) dan supply chain barang serta
ekosistem bisnis mereka juga harus diperluas. Masalah lainnya terkait dengan
payment system, terutama soal persepsi keamanan transaksi menggunakan kartu
kredit. Kemudian masalah delivery atau logistik yang masih kurang bagus di
Indonesia. terakhir, terkait masalah regulasi transaksi online.
“Pemerintah mesti menyiapkan
UU yang mumpuni selain UU ITE yang ada saat ini sehingga ada kepastian hukum
bagi para pemain e-commerce yang membuat mereka nyaman dan mampu mengembangkan
bisnisnya dengan baik,” pungkas Hasanuddin.