Tak bisa dipungkiri, geliat e-commerce kini
semakin merambah di Tanah Air. Jika mau disebut, nama `pemain` yang ada di
Indonesia bahkan kini tak bisa dihitung dengan jari lagi.
Pada nyatanya, eksistensi lapak jual beli
digital ini mampu mengalahkan keberadaan toko-toko fisik yang ada di pasar
bahkan mal-mal besar ibu kota.
Meski menawarkan kepraktisan dalam
berbelanja, rupanya keamanan masih menjadi satu dari beberapa isu yang harus
dibenahi baik dari pihak perusahaan dan pemerintah. Hal tersebut pun semakin
didukung dengan fakta dimana maraknya aksi peretasan yang belakangan ini kian
terjadi baru-baru ini.
Yang dipersoalkan adalah: banyaknya para
hacker dengan mudahnya bisa mengetahui informasi pribadi yang terdapat di dalam
kartu kredit pelanggan e-commerce tersebut. Pencurian data itu bahkan bisa
mengancam ke situs e-commercenya sendiri.
Salah satu e-commerce yang namanya cukup menggaung
di Indonesia, Lazada, memastikan bahwa sistem pembayaran online mereka dijamin
aman dan jauh dari kata peretasan.
Bertempat di Kantor Lazada, Jakarta, Rabu
(25/11/2015), e-commerce yang sudah mendominasi wilayah Asia Tenggara tersebut
mengadakan sesi diskusi terbatas dengan beberapa media.
Di situ, turut hadir Chief Marketing
Officer (CMO) Lazada Indonesia, Sebastian Sieber. Ia pun mengungkap bahwa
Lazada memang menggalakkan keamanan sebagai hal pertama yang harus diperhatikan
ketika melakukan transaksi jual beli online.
"Di dalam Lazada sendiri, sedikit
sekali orang yang memiliki akses ke data pribadi konsumen. Kami sangat
menjunjung tinggi privasi mereka,"
Sedangkan untuk pembayaran online
menggunakan kartu kredit, pria asal Swiss ini menyebutkan, informasi serta data
sensitif kartu kredit pengguna justru tidak akan disimpan oleh pihak Lazada.
"Data tersebut akan kita langsung alihkan ke penyedia sistem pembayaran
online," imbuhnya.
Ia meluruskan bahwa setiap situs e-commerce
sudah seharusnya menjunjung tinggi nilai keamanan untuk bertransaksi online.
"Semua e-commerce) bisa dinilai aman jika telah menampilkan tanda
sertifikasi layanan pembayaran online,” lanjut Sieber.
Sertifikat tersebut tidak bisa dipajang
secara sembarangan karena pihak penyedia layanan bisa langsung menuntut situs
tersebut bila diketahui menggunakan logo mereka untuk menipu pelanggan.
Sampai saat ini, ditambahkan Sieber, Cash
On Delivery (COD) masih menjadi metode pembayaran yang masih digunakan banyak
pelanggan ketika berbelanja online. Sementara itu, beberapa e-commerce saat ini
tengah mengusung program cashless (pembayaran tanpa uang fisik) yang juga
dinilai mempermudah pelanggan ketika bertransaksi.
0 komentar:
Post a Comment